Mengapa Manusia Menjadi Serakah
Masa depan kita memang misteri. Tetapi proses dan perjuangan setiap orang itu nyata. Tidak ada waktu yang lebih tepat atau berharga selain hari ini, sekarang: Saat-saat dimana kita menjumpai orang lain, bersama mereka dan melakukan beberapa hal.
Adakah kita menyadari keberadaan dan kebagaimanaan kita sehari-hari? Kita sadar bahwa kita sedang berada di proses tertentu, sedang berjuang, sedang berusaha sebaik-baiknya?
Apa yang paling penting adalah kesadaran terhadap keberadaan kita.
Semua proses dan dinamika terdahulu mengenai suatu dunia manusia yang abstrak dan ideal, selalu menginspirasi. Dunia manusia adalah kondisi dimana saya menyaksikan lebih dekat manusia bisa menjadi berkat dan kutuk: ada orang yang berbahagia karena kerabat atau lawan perjuangannya berbahagia. Ada orang yang berbahagia karena orang lain gagal. Orang lain gagal karena ia juga turut andil menggagalkan.
Dalam pertemuan dan perjumpaan dengan sesama, saya mendengar kisah-kisah sebagaimana di atas. Ada orang yang berjuang susah payah, namun hasil keringat nya dimakan orang lain. Kita mendengar orang berceramah atau dengan berapi-api mengatakan ia mencintai akan kebajikan, keadilan, kedamaian – tetapi hatinya tamak dan serakah. Lalu, dilakukannya segala cara untuk mencapai hasratnya dan ramai-ramai pengikutnya membenarkan.
Kisah haru dan memilukan itu hampir terjadi di segala masa dan tempat. Saya pernah menyaksikan beberapa tahun yang lalu. Dan saya pikir hal serupa akan terjadi lagi di segala masa dan tempat. Kecuali semua manusia telah mencapai puncak kesadaran – kebijaksanaan.
Mengapa, sesama manusia bisa salinllll
Idea adalah dasar dari seluruh tindakan. Ada pengakuan sebagai akibat dari kesadaran yang penuh bahwa saya adalah manusia yang padanya dikaruniakan jiwa dan pikiran, sebagai tuhan-tuhan, tetapi bukan TUHAN.
Untuk diketahui, tuhan-tuhan adalah suatu persepektif bahwa manusia sebagai pribadi, memiliki sifat-sifat Tuhan dan bahkan memiliki roh Tuhan.
Pengetahuan yang setengah-setengah tentang sifat kehidupan, kebaikan, keadilan, kedamaian akan mengalirkan darah kutuk dalam dunia manusia kita.
Barangkali percakapan ini cukup berat, tetapi belum seluruhnya. Beberapa orang yang saya temui, bahkan dalam percakapan yang khusyuk, mengingatkan lagi kepada saya bahwa dunia ini kejam sepanjang kita hidup dengan bertepuk dada, makan puji, hasrat untuk dihargai – diterima. Sepanjang kita masih banyak perhitungan untuk keuntungan diri sendiri, kelompok sendiri dan sepanjang hasrat untuk serakah masih menguasai diri kita.
Menjadi berkat atau kutuk bukanlah pilihan. Tugas kita adalah menjumpai proses mencapai yang puncak – untuk mengenal sifat kehidupan.
Semoga semua usaha sadar kita untuk kemaslahatan orang banyak mendapatkan jalannya.