Manusia adalah suatu alam kecil, yang sering disebut sebagai mikrokosmos. Sedangkan alam semesta merupakan makrokosmos, suatu alam yang besar.
Seperti manusia, alam juga dinamis. Dinamika alam merupakan proses yang bersifat evolusioner. Pelan tetapi pasti. Tenang tetapi bergerak. Diam tetapi bertumbuh.
Perhatikanlah padi di sawah: ia bertumbuh setiap detik dan pergerakannya tidak bisa disaksikan secara kasat mata.
***
Karena urusan pekerjaan, saya berkesempatan menginjakkan kaki di Bumi Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan.
Hampir setahun di Sumatera Selatan, saya menjelajahi beberapa kabupaten/kota, termasuk kota Lubuklinggau. Sebagai tambahan, kota Lubuklinggau digadang-gadang menjadi calon ibukota Provinsi Sumatera Tengah di waktu yang akan datang.
Beberapa bulan di kota kenangan (sebutan untuk kota Lubuklinggau), saya sempat mengunjungi beberapa spot wisata masa depan kota itu. Termasuk Wisata Air Terjun Temam.
Wisata Air Terjun Temam bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua dan empat dari semua sisi di kota tersebut.
Air terjun Temam memiliki ketinggian kira-kira 13 meter dan lebar 25 meter, dengan berdinamika diantara bebatuan alam serta pepohonan hijau dan suara burung yang merdu.
***
Saya menemui alam dengan berbagai dinamika kehidupannya. Banyak mahluk hidup, tumbuh-tumbuhan: tumbuh dan mati: berkembang dan layu.
Alam memiliki kehidupan yang identik sekali dengan bertahan hidup. Manusia, sebagai alam kecil telah cukup lama gagal memahami hakikat kealaman-nya.
Kecenderungan alam kecil ini adalah mengeluh. Jika tidak, maka tidak taat pada proses pertumbuhan. Mengeluh dan tidak taat proses merupakan dua unsur negatif yang erat kaitannya dengan proses hidup manusia.
Mengeluh pertanda kelemahan jiwa. Pengeluh adalah orang-orang kalah. Nadi mereka mengalir darah instan.
Anda tahu kan bagaimana rasanya pisang yang dikarbit? Tidak enak sebagimana pisang yang matang dari proses yang benar.
Karbitan adalah proses merekayasa hasil. Segala cara digunakan untuk mempercepat keinginan atau memperbanyak produksi dengan mengabaikan kualitas.
Anda dapat membandingkan pisang yang matang di pohon dan pisang yang disimpan dibawah balkon berhari-hari hingga berwarna kuning.
***
Setibanya saya di hadapan air terjun Temam, saya takjub beberapa saat dan hening.
Saya melihat, merenungkan, mengerti dan akhirnya memahami. Air yang mengalir deras dari atas ke bawah bukan tidak mungkin telah banyak mengalami gesekan, dan halangan. Secara alami air itu mengalir dan terlihat dinamis.
Dengan pemahaman yang sama, saya tidak ragu bahwa alam yang luas ini layak disebut sebagai guru untuk semua generasi. Untuk itu, tepat sekali kita belajar dengan alam tetapi bukan belajar dari alam.
Manusia, jika benar sebagai hasil evolusi yang sempurna, seharusnya adalah seperti air tadi. Siapa diantara kita yang sering menyebut, “biarkan mengalir saja?” Paham betulkah kita ketika mengucapkannya?
Mengalir mengandung makna filosofis yang tidak dangkal. Mengalir sebagai suatu konsekuensi logis dari suatu keadaan yang dinamis dan survival (struggle of life). Jika tidak mengalir berati mati (perlahan menjadi kotor dan membahayakan).
Aliran air yang menginternalisasi berbagai dinamika menghasilkan suara yang merdu. Setiap orang yang mendengarkan suara aliran air, ia berhasil mendengarkan kehidupan.
Bersambung…
Kalbar cukup banyak air terjun. Yang pernah saya lihat ada di Sanggau. Yang terdekat katanya ada di Tayan. Tetapi saya belum pernah lihat.
Saya sudah pernah lihat yang di Tayan Pak.
Juga sempat ke Danau. Beberapa spot wisata di daerah tersebut jika dikelola dengan baik oleh pembeda, maka akan sangat membantu pertumbuhan ekonomi rakyat setempat dan sudah tentu pendapat daerah. Sayangnya, belum begitu diperhatikan oleh pemerintah.