Gambar puisi klasik

Kumpulan puisi Sultan Musa

AKSARA PETANG

Jikalau petang bisa mendengar

Sayup iba dari lembayung yang  berpulang

Bertabur hamparan jingga

Begitu indah nan sederhana

 

Jikalau petang bisa mendengar

Sayup iba dari burung yang kembali ke sarangnya

Bersautan arungi petang

Meski gigil memeluk sepi

 

Jikalau petang bisa mendengar

Gemuruh perahu membelaimu

Membasuh kabut beranjak gelap

Semilir angin lembut mendekap

 

Jikalau petang bisa mendengar

Bisikan ombak datang menyergap

Seakan mengadu pada rembulan

Sembari menahan haru seonggok  cita

#2020

 

 

PERIHAL MATAHARI

Gerbang sinarnya terasa

Menyeruak berpisah kemana pun

Mengarungi tapak ruang

Mengajarkan ucap pinta syukur

 

Hangatnya penuh keterikatan

Seakan sampaikan nikmat

Dibalut perubahan suhu

Banyak yang tertarik penasaran

 

Panasnya terasa berisi

Ilustrasi kagum dalam  wujud

Mengajak manusia peduli perubahan

Berkomunikasi agar perilaku terjaga

 

Penghujung ruangnya tersaji warna

Seperti senyuman lukisan amal

Ditutup dengan bening

Pada hangat di sinar senja

 

Tiada yang lebih indah : matahari

#2020

 

 

SILUET SEMIMPI

Tak teraba

Punya sisi pahit 

Tak terasa

Mungkin tersembunyi

 

Tak bertitik temu

Berikan reaksi beragam

Tak bertitik semu

Dapat menemukan diri disini

 

Seperti, penolakan yang tak tuntas

Semakin mengalir dari pikir berpisah

Yang tak kalah “sekedar”,

Semimpi

#2020

 

 

KITA INI APA ?

Selama ini

Karang hati tetap mengukir

Walau membisu dalam jenuh

Yang semu kini menjauh

 

Selama ini 

Hati terkikis menghujam

Walau tak di mengerti

Yang termenung  menghantam

 

Aku dan olehmu…

Mengikuti seakan hilang

Meski tetap ku tatap

Dibawah hamparan gelap

 

Seolah itu olehmu

Ku berhenti di gelap matamu

Kuterperajat di hitam matamu

Kita ini apa ?

#2020

 

 

DIMENSI SEMESTA

Dan kearah tanya 

tentang apa

berapa

 

Dan serunya logika

siapa

tapi bagaimana

 

Ada tilas : biarkan semesta menjalankan sisanya

#2020

 

 

REKAH KEBENARAN

Petik lah embun olehmu

Di lembah sunyi

Tersirat saran baik

Di segarkan hati

 

Bunyikanlah seruling olehmu

Ditiup sepi

Terkandung pandangan baik

Di peluk angin

 

Kebenaranmu memang harus ditampakkan,

Menghalau  mulut dan hati yang kotor di benarkan

#2020

 

 

DJUHARA  DAN  CERITA

Djuhara merangkum perjalanan

yang selalu berkelana

Melukis cakrawala tanpa pamrih

Kini api itu telah usai

Menghilang seperti jarak

Berkata jernih akal yang kejam

Berujar terpuji namun dingin

Sebelum benar menghilang

Santun berkata ;

“Tetaplah membuat cerita

Walau tidak pernah tuntas”

#2019

 

 

BARYA  DAN  BUNYI  SUNYI

Ketika  Barya  melewati  hari-harinya

Banyak  senyum  yang  bersiul

Banyak  airmata  bercerita

Berharga, sebagai  tempat  peristirahatan

antara cerita satu  dengan  cerita  lainnya

 

Barya  tetap  dibawah  langit  membiru

Meski  simpul  senyum  yang  dilihatnya

selalu berbeda,  namun  tetap  ada  yang  menyingkap

 

Barya  tetap  di bawah  awan  membisu

Meski  cerita  airmata  yang  di petuahnya

selalu  berkesan,  namun  tetap  ada  yang  menipu

 

Telah dicukupkan  untuk  menyadari  bagi  Barya

Tentang  hati  harus  dijaga,

walau hati terus berubah

Tentang  waktu  harus  disemai,

walau  waktu  terus  berjarak

 

Pertemuan  ini tak  bisa  berlarut  lama,

akan  lesung  nurani  dalam  kotak  sepi

Yang  tak  bisa  di bunyi  dalam  keramaian

Yang  tak bisa di sunyi  dalam  kesendirian

Barya  belum  mau  kembali  dari  bunyi  sunyi

Dari  belukar  remuk  keheningan  ini

#2020

 

SULTAN MUSA berasal dari Samarinda Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar di berbagai platform media daring & luring. Serta karya – karyanya masuk dalam beberapa Antologi bersama penyair Nasional & Internasional. Tercatat pula di buku “Apa & Siapa Penyair Indonesia – Yayasan Hari Puisi Indonesia” Jakarta 2017. Merupakan 10 Penulis Terbaik versi Negeri Kertas Awards Indonesia 2020. Karya tunggalnya “Candramawa“(2017), “Petrikor“(2019), “Sedjiwa Membuncah“(2020) & versi ebook “Mendjamu Langit Rekah” (2020).

Ig : Sultan Musa

Bung Jhon

Author Bung Jhon

Saya adalah yang paling tahu siapa saya bahwa saya banyak tidak tahu.Sepanjang hidup, saya senang berfikir dan berefleksi di samping membaca. Anda tahu? saya menulis kemarin, minggu lalu, sebulan yang lalu dan setahun yang lalu; Saya baca hari ini: kini, saat ini, sekarang dan saya malu sekali. Saya malu karena tulisan saya datar, dan dangkal sekali maknanya.Saya tersadar: Bahwa menulis adalah seni mengungkapkan kebodohan.

More posts by Bung Jhon

Leave a Reply