2020, apa yang akan engkau usahakan? (adalah pertanyaan batin yang terus bergulir di dalam pikiran sejak permulaan tahun)

Bahwa 2020 dan seterusnya adalah tahun menghitung kebaikan dan budi kosmos, lalu melupakan segala kejahatan dan keburukan manusia.

1. Menjadikan semua orang sebagai sahabat.

Setiap orang yang telah saya tahu dan kenal, walaupun beberapa orang hanya berkomunikasi melalui media sosial saya, saya berharap kita akan bersahabat. Saya adalah sahabat Anda, walaupun belum ada pengakuan diantara kita, pun Anda tidak mengakuinya.

2. Mengakui bahwa Tuhan mengasihi semua manusia, tanpa terkecuali.

Allah adalah Kasih. Matahari menyinari bumi dengan segala isinya tanpa pandang bulu. Diturunkannya hujan untuk semua mahluk (baik buruk keadaannya). Tuhan ada didalam diri setiap orang.

Bahwa Tuhan itu baik kepada semua orang. Tidak ada pengecualian kepada pengkhianat sekali pun. Ia tetap Tuhan yang mengasihi semua orang.

3. Menemukan dan mengembangkan sifat sejati sebagai manusia: rasa cinta, welas asih dan kepedulian.

Menyadari bahwa memberikan cinta adalah kebebasan yang sejati. Semua orang berhak mencintai dan dicintai; relasi antar manusia menjadi rusak oleh karena ketiadaan welas asih atau kerendahan hati. Dalam kondisi apapun, welas asih berarti upaya memahami orang lain atau upaya untuk melompat keluar dari diri sendiri dan masuk ke dalam diri orang lain; mengupayakan nilai dasar dan sikap keberpihakan terus bertumbuh dalam pergaulan sehari-hari, mengikut sertakan diri dalam persoalan, kondisi atau peristiwa yang terjadi dihadapan hidup.

4. Membebaskan diri dan tidak tertipu oleh ketakutan universal

Dalam perjuangan hidup, kita diperhadapkan oleh prestasi, kegagalan, kekecewaan dan hal-hal yang menyakitkan.

Kita juga terlibat dalam berbagai perjumpaan, kita tertipu oleh pandangan yang mengubah persepsi kita akan sesuatu. Kita seringkali tidak melihat kebenaran, melainkan melihat apa yang ingin kita lihat. Hal ini berkaitan dengan, misalnya kita berharap orang yang akan kita jumpai adalah orang yang ramah, sedikit bicara dan lebih banyak mendengarkan. Ternyata sebaliknya. Kita kesal karena lupa, sangat manusiawi bahwa hasrat manusia adalah ingin menguasai segala sesuatu yang ia hadapi.

Kita akhirnya sadar untuk membebaskan diri dari pandangan yang dangkal akan sesuatu.

Begitu juga dengan sisi lain kehidupan, kita akan ditertawakan saat gagal, kita akan dituduh kafir ketika tidak beribadah, kita akan menerima asumsi bahwa neraka adalah milik kita seutuhnya.

Kita tidak luput dalam perenungan akan pandangan-pandangan dangkal ini. Pada akhirnya, kita mengalami ketakutan yang dahsyat. Dampaknya kita berjuang dengan tergesa-gesa bahkan memungkinkan untuk memudahkan segala sesuatu untuk mencapai yang diharapkan pandangan-pandangan orang lain. Ulasan ini secara aktif, tumbuh dan berkembang hampir dalam internal semua manusia. Inilah ketakutan universal dan kita telah banyak tertipu.

Saatnya berusaha menguasai rasa takut gagal. Memang sangat manusiawi bahwa kita seringkali takut gagal, takut kecewa, kesepian dan tidak menghargai hidup. Ketakutan universal berhubungan dengan keadaan internal semua manusia; takut kehilangan, takut dikecewakan. Yang terutama adalah takut Tuhan meninggalkan; Semua orang merasakannya, tetapi siapa yang mengakuinya? Tuhan tidak demikian!

Kiranya dengan bertumbuhnya sifat sejati kita sebagai manusia, kita menjadi mampu menguasai ketakutan universal ini.

5. Berdiam diri (hening) dihadapan Kehidupan.

Keheningan dapat menghasilkan buah yang tidak dapat diterangkan oleh lidah dan kata-kata.

Keheningan bukanlah keadaan tanpa bunyi. Suara bising, suara sumbang, bunyi air hujan yang memukul bumi, bunyi banjir yang menguasai kota, dan berbagai bunyi lainnya hanya akan mati jika Anda telah sangat lelap!

Keheningan bukanlah keadaan dimana Anda benar-benar terlelap. Bukan! Keheningan adalah kondisi dimana Anda berupaya mendengar suara yang bukan merupakan bunyi-bunyian; Ialah suara Kehidupan, suara Ilahi. Suara yang hanya bisa didengarkan dengan pikiran dan batin.

Bung Jhon

Author Bung Jhon

Saya adalah yang paling tahu siapa saya bahwa saya banyak tidak tahu.Sepanjang hidup, saya senang berfikir dan berefleksi di samping membaca. Anda tahu? saya menulis kemarin, minggu lalu, sebulan yang lalu dan setahun yang lalu; Saya baca hari ini: kini, saat ini, sekarang dan saya malu sekali. Saya malu karena tulisan saya datar, dan dangkal sekali maknanya.Saya tersadar: Bahwa menulis adalah seni mengungkapkan kebodohan.

More posts by Bung Jhon

Leave a Reply