Simbol dari suatu benda, atau gagasan, atau kenyataan lain yang terekam, atau entitas mental yang universal adalah merupakan bahasa. Melalui bahasa, mula-mula bahasa lisan, kemudian dikemas dengan bahasa tulisan – manusia melakukan sebagian besar kominikasinya dengan manusia lain. Inilah juga yang merupakan satu dari beberapa kemampuan manusiawi yang membedakan manusia dari binatang.

Bahasa merekam pengalaman-pengalaman manusia dan merupakan sarana untuk menyampakannya kepada manusia lain. Bahkan sebenarnya dapat dikatakan bahwa sebagian besar pemikiran manusia berada dalam arus bahasa dan menjadi dasar dari tindakannya. Kenyataan ini menjelaskan, bahwa karena ada berbagai macam bahasa yang digunakan manusia di seluruh dunia maka ada pula berbagai macam kebudayaan yang berbeda-beda. Karena bahasa, ada kemungkinan manusia yang satu menggalang kerja sama dengan manusia yang lain pada satu sisi, ada pula kemungkinan manusia satu menjatuhkan lalu menendang manusia lain pada sisi yang lain.

Karena bahasa, kita dapat mengkonsepsikan suatu gagasan atau suatu kenyataan yang terekam oleh pengalaman-pengalaman (Keberagamanan masyarakat Indonesia adalah suatu kenyataan). Nyata bahwa kita begitu berbeda! Dari ujung kaki hingga ujung rambut. Dari prinsip hingga identitas. Dari karakteristik cara berpikir hingga bertindak.

Dari situ saya melihat, bahwa Segala sesuatu bergantung pada Sesuatu, bahwa segala sesuatu berbeda. Yang berbeda dari segala sesuatu itu ada. Keberadaan beda tidak berubah. Di dalam bangsa ini, keragaman itu realitas! Keragaman Indonesia Kita nyata dari jenis-jenis ras manusianya, tiap ras itu pecah menjadi bangsa-bangsa, bangsa-bangsa menjadi suku-suku, suku-suku menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil, yang masing mempunyai bahasa, logat, dialek sendiri-sendiri. Di dalam yang ragam itu, ada pula agama dan keyakinan. Keragaman ini menguntungkan kalau dilihat bahwa dengan demikian kemasyarakatan manusia memiliki variasi jenis yang kaya. Tapi kalau dilihat dalam perspektif persatuan dan kesatuan seluruh manusia Indonesia, yang pada akhir-akhir ini, keragaman sering menjadi hambatan yang besar.

Kita memang begitu berbeda. Tetapi Berbeda itu penting, Mahapenting! Karena begitu pentingnya, kita harus bersatu dengan tetap berbeda. Saya selalu bertanya dan itu banyak sekali. Ada yang tak terjawab, ada yang belum terjawab. Dan barangkali saya akan bertanya lagi.
Apa yang dimaksud dengan beda?, Apa hakekatnya?. Apakah kita benar-benar berbeda? Tapi tunggu dulu, Apakah perbedaan kita berbeda sebenar-benarnya? Bukankah yang disebut persatuan dan kesatuan yang kata dasarnya adalah satu merupakan sintesis dari yang berbeda-beda? Sekali lagi, Apak hakekat dari beda?

Apakah satu itu beda? Apakah beda itu tidak utuh? Lalu keutuhan sendiri itu apa? Apa hakekat kebenaran Yang Terdalam dari dari keberagaman kita? Apa sebetulnya prinsip dari perbedaan? Mengapa perbedaan kita tetap beda? Apakah karena prinsip?
Jadi, apakah selamanya kita berbeda-beda tetapi tidak satu?

Kemarin, hari ini dan esok. juga barangkali keesokannya lagi, keragaman kita dapat saja dan akan terus dinodai dengan harta dan tahta (kepentingan). Oleh karena harta dan tahta, yang berbeda tetaplah beda, yang sama tidak boleh disamakan dengan yang beda. Tentang yang beda, apakah sebaiknya dibedakan? dan sekali waktu dibeda-bedakan?

Sejatinya keragaman ialah bahwa dalammu (keragaman) ada sama dan beda! yang menuntut untuk hidup berdampingan. Hanya saja yang sama dan beda bersama disana dengan tidak bersesama. Bersesama – Suatu istilah yang pernah saya dengar dari Bapak Ishak Ngeljaratan.
Sama jiwa, beda kesadaran. Sama Sifat, beda kualitas. Bersama-sama, Berbeda-beda tetapi tidak mungkin satu jika tidak sadar akan perbedaan yang merupakan “serpihan emas” dari persatuan dan kesatuan. Masalah persatuan dan kesatuan adalah barang mahal bagi manusia. Rasa-rasanya masalah utama kita adalah potensi untuk tidak bersatu, maka keprihatinan utama kita adalah sebaikanya ada upaya pembenihan kesadaran akan perbedaan.

Keragaman itu realitas. Realitas perbedaan kita bersumber dari Yang Mahabeda. Beda mendahului satu. Kesatuan sebagai alat perjungan dan bukanlah tujuan akhir. Karena tujuan akhir bermasyarakat kita sebagai manusia Indonesia adalah Adil, Makmur dan Sejahtera!

Bung Jhon

Author Bung Jhon

Saya adalah yang paling tahu siapa saya bahwa saya banyak tidak tahu.Sepanjang hidup, saya senang berfikir dan berefleksi di samping membaca. Anda tahu? saya menulis kemarin, minggu lalu, sebulan yang lalu dan setahun yang lalu; Saya baca hari ini: kini, saat ini, sekarang dan saya malu sekali. Saya malu karena tulisan saya datar, dan dangkal sekali maknanya.Saya tersadar: Bahwa menulis adalah seni mengungkapkan kebodohan.

More posts by Bung Jhon

Leave a Reply