Memahami Tuhan sebagai Yang Satu
Tuhan sebagai Yang Satu merupakan suatu ilham bahwa manusia dalam pencarian-nya di dunia, memiliki sudut pandang, paham, jalan dan pengalamannya masing-masing. Dalam pencarian itu, mereka tidak peduli apapun selain kebenaran yang terpancar dari sudut pandang, jalan dan pengalamannya masing-masing. Mereka jalan menuju Yang Satu dalam bahasa masing-masing berdasarkan pengalaman mereka.
Seperti pengembara atau musafir?
Tidak apa-apa!
Seperti pejalan kaki atau pengendara?
Tergantung kemana mereka pergi. Tidak apa-apa seberapa jauh.
Seperti perantau yang pulang rumah atau mereka yang baru saja ke tanah Jawa?
Semua harus dimulai dengan langkah pertama. Pulang sebagai puncak dari seluruh perjalanan. Pulang mengandung pertalian batin antara yang merindukan dan yang di-rindu-kan. Di tempat lain, beberapa orang bersiap diri menabur keringat ke tanah Jawa.
Bahwa untuk bisa pergi atau pulang ke suatu tempat, pertama-tama kita harus tahu akan kemana. Lalu kesadaran kita menekuk diri kita untuk mengambil langkah ini atau itu. Baik pulang atau pergi, sama-sama adalah ke suatu tempat yang mana kita harus tahu terlebih dahulu.
Kesemuanya ini berlangsung sepanjang hidup. Bersemayam pandangan hidup, petunjuk jalan dan pengalaman. Kebenaran yang terkandung di dalamnya pun terkotak-kotak. Setiap kotak tidak sama bentuknya. Tetapi ada disetiap jalan hidup manusia. Masing-masing kotak berisi nilai dan kearifan. Tidak untuk mereka pikul melainkan menjadi sandaran moral dan semangat hidup.
Pernah merasa salah jalan atau ingin berhenti?
Duduk di perempatan jalan, di bawah pohon ara yang daun-nya sudah menua, di hari yang cerah menuju petang. Keringat telah mengering, sedangkan angin tidak lagi sepoi. Tali sepatu yang dahulu terikat kini terkulai. Kepala Anda berat, perlahan bersandar pada tubuh pohon ara yang kasar, lalu Anda hampir menyerah bahkan dalam mimpi!
Semua orang mengalami. Kaki mereka luka. Duri jalanan menggaris tubuh mereka. Darahnya tercurah menyatu dengan keringat menjadikannya semakin kuat mempertahankan kebenaran dalam kotaknya. Kamu tidak sendirian merasakannya.
“Bangunlah, nak!” bisik Semesta. Ikat tali sepatumu kuat-kuat lalu berjalan lagi! Sampai jumpa di Yang Satu, Tuhan!
Tetap semangat!