Pemahaman – kesadaran akan mengetahui.
Bila kamu tahu, berlaku seperti orang yang tahu. Bila kamu tidak tahu, katakanlah bahwa kamu tidak tahu. Itulah yang disebut mengetahui. ~ Konfusius.
Seseorang, jika paham mengenai sifat kebahagiaan, kebijaksanaan, kebaikan, welas asih, ia mampu melepas segala kebencian dan niat buruk terhadap siapapun yang melukainya. Kita tahu bahwa niat buruk dan kebencian itu sendiri melukai kita jauh melebihi objek amarah kita.
Berikut ungkapan kuno mengenai amarah. Jika kita marah terhadap orang lain, itu seperti memungut batubara dan mencoba melemparkannya kepada orang yang kita benci. Lebih sering lemparan kita meleset, namun tiap kali kita memungut batu menyala itu, kita membakar diri kita sendiri. Tiap kali kita marah terhadap seseorang, kita 100% selalu terluka, meski, kadang pembalasan kita membuat orang lain terluka, kadang tidak. Namun kita pasti terluka.
Jadi marah itu tidak ada gunanya bagi mereka yang mengetahui. Mereka telah menyadari sifat batin dan sifat dunia ini. Marah sama sekali tidak menyelesaikan masalah.
Namun bagaimana seseorang bisa menghadapi, katakanlah situasi yang menyakitkan?
Berikut adalah 2 cara agar tidak mudah marah meskipun dalam keadaan yang sangat menguras emosi sekalipun:
1. Bertanggung jawab.
Bertanggung jawab berarti menerima situasi yang harus kita hadapi, bagaimana pun kondisinya, tanpa menyalahkan, tanpa amarah, namun berfokus bagaimana kita bisa maju. Kita tidak bisa mengubah masa lalu – yang menyakitkan dan lain-lain: Kemarahan atau rasa bersalah karena kita telah mengyusahkan dan melukai orang lain, atau tidak bisa melindungi orang-orang yang kita sayangi hanya sekedar mengacak-acak masa lalu. Hal ini jelas sekali diketahui banyak orang – termasuk Anda, Namun kadang kita perlu mendengarkan ajaran semacam ini begitu seringnya, berulang-ulang, agar kita tidak perlu merasa marah, merasa bersalah lagi selamanya.
Jika kita bisa menyadari bahwa hal ini bisa terjadi atau bisa kita lakukan, akan ada perasaan bebas bahwa kita tidak harus mengikuti jalan kebencian, amarah dan rasa bersalah.
2. Memaafkan
Kita terbiasa larut dalam kehidupan yang tidak adil, keadaan yang menyakitkan: kita dilupakan dan tidak dipedulikan.
Kita meratapi masa kini yang sulit karena disakiti, dan terus menerus mengingat kehidupan indah kita di masa lalu. Kita pernah berpikir, bahwa masa depan, kini tidak akan serumit ini. Dan kini, yang tidak kita bayangkan di masa lalu itu nyata. Bersumber dari orang-orang disekitar kita.
Apa yang harus kita lakukan? Memaafkan. Katakan pada diri Anda, “tidak, saya tidak benci orang itu. Saya juga tidak ingin ia merasa bersalah dikemudian hari. Saya tidak ingin membunuhnya atau berbuat apapun kepadanya.” Buang jauh-jauh pengetahuan Anda mengenai hebatnya hasrat untuk membalas dendam, berbalik menyakiti.
Memaafkan tidak menunjukkan bahwa Anda lemah. Memaafkan memberi petunjuk bahwa Anda begitu mampu mengolah batin Anda.
Memaafkan tidak berarti Anda sepakat untuk disakiti – mengalami ketidakadilan. Memaafkan tidak berarti bahwa anda menyetujui perbuatan jahat. Anda bisa tidak setuju dengan mengecam sesuatu dengan sangat keras, namun pemaafan berarti saya tidak ingin orang itu melukai siapapun lagi, bahwa hukuman bukanlah cara saya berperilaku. Apa yang saya inginkan adalah belajar dari perbuatan keliru yang mereka lakukan, memastikan hal itu tidak terjadi lagi, dan berharap mereka yang menyakiti, yang kebiasaan menyusahkan orang lain, yang senang melihat orang lain gagal, bisa menjalani kehidupan yang lebih baik lagi.
Memaafkan berarti Kita bisa mulai melangkah maju kembali. Sebab kita sadar bahwa perasaan “mereka melukai saya dan saya harus melukai mereka, dan kita mengira jalan keadilan seperti itu,” maka selamanya kita akan terus terperangkap dalam masa lalu.
Memaafkan adalah keadaan dimana kita memiliki dan memahami sikap tiada hukuman dan tiada amarah.
Terimkasih tipsya bung, semoga banyak bermanfaat
#terusberjuang
Lanjutkan Bung.