FilsafatJejak LangkahPendidikan

Merawat Kemerdekaan Kita

By September 3, 2019October 7th, 2019No Comments

Bung Karno pernah menegaskan bahwa “kemerdekaan hanyalah sebuah jembatan. Walaupun jembatan emas, di seberang jembatan emas itu jalan pecah dua: satu ke dunia sama rata sama rasa. Satu ke dunia sama ratap sama tangis.”


Konsepsi tentang dunia sama rata sama rasa dan sama ratap sama tangis merupakan satu kenyataan yang pada akhirnya harus diraih oleh bangsa Indonesia dengan kemerdekaan sebagai jembatan emasnya. Namun evolusi kemerdekaan bangsa Indonesia bergerak lebih lambat. Bentuk dan rupa masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera sebagai puncak evolusi kemerdekaan makin hari makin tak terjamah.

Evolusi kemerdekaan pra-proklamsi adalah memperjuangkan dan mengambil kemerdekaan bangsa dari cengkraman tangan penjajah; membangun jembatan menuju Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia; mengambil jarak dari garis perbudakan.

Maka dalam perkembangan kemerdekaan, evolusi kemerdekaan setelahnya yang utama adalah merdeka secara mental, sosial atau kultural.

Dapatlah dikatakan bahwa kemerdekaan Indonesia tidak banyak mengalami perubahan. Misalnya dalam hal mental, pernah sekali dalam diskusi dengan tajuk jargon Revolusi Mental di Balai Kartini, Jumat (17/10/2014). Jokowi memulai jawabannya dengan menyebutkan tentang sebuah keharusan.

Menurut dia, revolusi mental berarti warga Indonesia harus mengenal karakter orisinal bangsa. Indonesia, sebut Jokowi, merupakan bangsa yang berkarakter santun, berbudi pekerti, ramah, dan bergotong royong. Dia mengatakan, karakter tersebut merupakan modal yang seharusnya dapat membuat rakyat sejahtera.

Namun karakter bangsa sebagaimana yang ditegaskan oleh Jokowi mengalami kemunduran evolusi. Tentu saja selama jangka waktu sejarah kemerdekaan bangsa yang lama ini telah terjadi pertanyaan: apakah dengan demikian merdeka secara mental, sosial atau kulturil tidak dapat lebih diwujudkan lagi?

Jawabnya: bangsa Indonesia masih mempunyai kemungkinan-kemungkinan besar untuk mewujudkan kemerdekaan mental, sosial atau kulturil dan ini barangkali dapat dicapai dalam masa depan.

Oleh karena itu, yang menjadikan evolusi kemerdekaan tampak maju bukanlah sifat-sifat fisik bangunan Indonesia, melainkan penemuannya dan penggarapannya terhadap suatu evolusi yang lain yang ditempuh secara mental (pembangunan jiwa bangsa). Evolusi kemerdekaan menyesuaikan sisi mental dan sosial atau kulturil demi kesejahteraan rakyat.

Mengakar – Tumbuh
Merawat kemerdekaan merupakan suatu kemampuan yang hanya dimiliki oleh orang-orang merdeka secara mental dan sosial atau kultural. Merdeka secara mental adalah bebas dari belenggu ketidaksadaran akan karakter santun, budi pekerti, ramah, dan gotong royong.


Demikianlah, merawat kemerdekaan berarti membiarkan kesadaran akan merdeka secara mental dan sosial kulturil itu mengakar dan tumbuh di dalam budaya luhur bangsa Indonesia.

Dalam artian, bersikap santun kepada sesama manusia, menghargai serta mendukung pengalaman dan pengetahuan sesama manusia, menampakkan keramahan sebagai wujud kematangan diri/individu dalam kehidupan sosial, bahu-membahu membanting tulang bersama; mencucurkan keringat bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama. Revolusi Pancasila, Yudi Latif (2015).

Tidak bisa kita pungkiri, kemunduran nilai-nilai orisinalitas kita tampil lebih banyak dari cara kita beragama, berpolitik dan bermasyarakat. Sehingga lahir wacana pemisahan agama dari negara, politik itu kotor, dan akhirnya kita telah banyak menyaksikan kenyataan-kenyataan kehidupan berbangsa dan bernegara yang mencemaskan; kesenjangan sosial; merosotnya demokrasi; jurang kaya-miskin, kota-desa, merajalelahnya kekerasan dan terorisme.

Kenyataan-kenyataan tersebut mengisyaratkan kepada kita bahwa kita telah gagal merawat kemerdekaan kita; Kita lebih banyak mengurus diri sendiri; menang untuk diri sendiri, kelompok dan golongan saja; dan sejahtera sendiri-sendiri. Kita benar-benar tidak maju sejengkal pun dalam kematangan mental.

Kemajuan dalam sikap mental manusia terhadap masyarakat, bangsa dan negaranya adalah kemajuan yang nyata. Sikap mental manusia ini lah yang akan mampu mengartikan kemerdekaan sebagai jembatan emas menuju kesejahteraan bersama. Satu ke dunia sama rata sama rasa. Satu ke dunia sama ratap sama tangis.

Kita merawat kemerdekaan tidak untuk kepentingan sendiri, tidak untuk bahagia sendiri. Karena kalau demikian, kita sendirilah yang akan merobohkan jembatan emas itu, yang telah dibangun atas susah payah dan keringat bersama.


Pada akhirnya, kita merawat kemerdekaan untuk semakin jujur dalam berketuhanan; dalam berperikemanusiaan; dalam kebersatuan Indonesia; dalam demokrasi; dan dalam mengupayakan keadilan sosial. Kita merawat kemerdekaan semua buat semua. (*).

Catatan:
Tulisan ini pernah terbit tahun 2017 di salah satu koran lokal di Makassar dan di beberapa portal berita dan opini di daerah.


Bung Jhon

Author Bung Jhon

Saya adalah yang paling tahu siapa saya bahwa saya banyak tidak tahu.Sepanjang hidup, saya senang berfikir dan berefleksi di samping membaca. Anda tahu? saya menulis kemarin, minggu lalu, sebulan yang lalu dan setahun yang lalu; Saya baca hari ini: kini, saat ini, sekarang dan saya malu sekali. Saya malu karena tulisan saya datar, dan dangkal sekali maknanya.Saya tersadar: Bahwa menulis adalah seni mengungkapkan kebodohan.

More posts by Bung Jhon

Leave a Reply