Nadiem Makarim, Gojek dan Pengabdian bagi Negeri
Nadiem Makarim adalah pendiri Gojek yang menjadi tokoh bangsa. Ia mewakili gen milenial sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kabinet Indonesia Maju.
Nadiem Makarim dirikan Gojek dan menjadi tokoh bangsa telah secara ringkas dibukukan. Adalah buku kecil yang mengisahkan cerita masa kecil Nadiem Makarim, berada di lingkungan pendidikan yang atmosfernya bagus, jatuh bangun Gojek, dan menjadi tokoh bangsa.
Buku tentang Nadiem sebagai pendiri gojek dan kini menjadi tokoh bangsa membicarakan 3 hal berikut:
1. Tabiat manusia memang sudah terbentuk jauh sebelum seseorang menghela nafas panjang di dunia.
Nadiem kecil memulai pendidikan dari bawah di lingkungan sekolah yang berstandar internasional. Bahwa lingkungan pendidikan turut membentuk watak pembelajar. Tabiat seorang Nadiem sejauh saya membaca buku kecil ini adalah beliau orang yang kritis. Sikap kritis itu membuatnya sering tidak mengikuti perintah umum. Ia membangun sendiri bentuk-bentuk baru yang tidak selaras dengan setiap perintah. Kadang, bangunan pikiran yang ia buat tidak jelas bentuknya, tapi itulah yang menjadi cikal bakal dari kreativitasnya.
Ada banyak hal yang sebetulnya semrawut dalam aktivitas kita sehari-hari, ketiadaan sikap kritis membuat kita menjadi orang-orang yang ingin aman dalam zona nyaman; menjadi manusia dengan tabiat tunduk, patuh dan pasrah; ‘yesman.’
Manusia dengan tabiat seperti apa kita akan di kenang?
2. Keberanian untuk mengeksekusi ide dan support system
Gojek adalah jawaban dari masalah utama yang dihadapi oleh abang-abang di pangkalan ojek. Dimana abang-abang ojek banyak menghabiskan waktu di pangkalan tanpa kejelasan didatangi penumpang, penumpang juga kadang malas jalan kaki ke pangkalan mungkin karena jauh, beberapa orang takut naik ojek karena driver-nya tidak dikenal. Dan yang paling penting, pendapatan abang-abang ojek tidak seberapa dan menentu. Nadiem membaca situasi itu tidak hanya sebagai peluang bisnis, tetapi juga sebagai upaya membantu meningkatkan kesejahteraan driver.
Apa yang paling penting dari poin ini adalah keberanian Nadiem mengeksekusi ide Gojek tersebut; secara singkat, driver hanya akan narik kalau ada panggilan dari pelanggan melalui call center (awal mula Gojek beroperasi). Penumpang tidak perlu repot-repot ke pangkalan atau was-was dengan driver karena tidak kenal. Gojek menjadi solusi masalah tersebut.
Nadiem punya peran lebih dalam mengembangkan Gojek. Tetapi ia tidak sendirian. Sejak awal ide mendirikan Gojek itu ada, beruntung ia berada dilingkungan yang maju; orang-orang yang selalu berpikir menjadi future people, cerdas, dan punya keterampilan. Beberapa orang tersebut kini mengganti Nadiem menjadi penentu arah Gojek kedepan setelah Nadiem menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kabinet Indonesia Maju.
Punya ide yang besar tidak cukup. Membutuhkan sedikit saja keberanian untuk memulai dan menjadikannya nyata.
3. Anak muda bisa mengurus negara
Masuknya Nadiem dalam Kabinet Indonesia Maju menunjukan bahwa negara dalam hal ini pemerintah membutuhkan pikiran-pikiran baru, revolusioner dan sesuai perkembangan jaman. Nadiem ada sosok yang mewakili tiga hal di atas.
Baca : Nadiem Makarim Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Indonesia Maju
Sebagai seorang pembelajar, Nadiem membuktikan kebolehannya dalam merubah wajah pendidikan Indonesia dalam beberapa bulan terakhir ini. Walaupun masih jauh dari harapan, tetapi masyarakat Indonesia akan mendapatkan kejutan besar mengenai sistem pendidikan indonesia dalam tahun-tahun yang akan datang. Itupun kalau negara masih membutuhkan seorang Nadiem.
Sejak awal, sebagaimana petuah orang tua, Nadiem memang telah bercita-cita menjadi pengabdi negeri. Mendapatkan pendidikan yang berkualitas di negara-negara maju, dengan perilaku masyarakatnya sebagai pembelajar, disiplin dan terbuka, Nadiem ingin suatu saat dapat mengabdi dan melakukan yang terbaik semampu-mampunya bagi negara dan seluruh rakyat Indonesia.
4. Untuk apa buku ini ditulis?
Setelah saya membacanya, buku ini memang fokus dan cukup detail membahas mengenai tiga hal pertama di atas. Akan tetapi, saya menemukan sisi lain dari mengapa buku ini dibuat.
Hampir di semua bagian buku ini, menyebutkan bahwa Nadiem sangat peduli terhadap kemajuan bangsa dan negara, dan memiliki kerinduan yang dalam untuk melakukan hal-hal besar bagi negara.
Buku ini ditulis untuk sesuatu yang lebih besar; harapan. Negara membutuhkan seorang Nadiem. Pikirannya cemerlang. Kritis tetapi penuh kesadaran. Ia mewakili gen milenial atau future people.
Buku ini hadir sebagai cerita hidup seorang anak muda yang akan membawa perubahan besar bagi negara dan masyarakat Indonesia, nanti. Nadiem sedang disiapkan untuk menjadi ‘besar’ di negara ini.




